Kamis, 07 April 2011

SEJARAH

DESA PANTAI NATAL DATI II TAPANULI SELATAN
22 – 24 JULI 1979

S E J A R A H
OLEH : NADIRSYAH

DASAR ADAT NATAL :

Adat bersandi Syara’, Syara’ bersandi Kitabullah dan tidak berlawan dengan Hukum Agama. Penyusunan Adat Natal yang pertama adalah datuk Perpatih nan Sabatang. Hukum Adat direncanakan akan dibuat satu buah adatnya, karena seluruh hokum yang berlaku bersumber ke dalam Hukum-hukum Adat.
Menurut Adat Natal, Pemangku Adat ialah datuk, datuk itu dihunjuk oleh rakyat sambil menjadi Kapalo nagari dan mengatur tanah rakyat. Kesudahan Agama itu akhlak dan kesudahan Adat Balerong. Jadi, seluruh Putusan adat adalah Musyawarah sesuai denga Sila ke IV dari Panca Sila.
Di bubuik mati,dicakui layuo adalah sebagai pedoman kehidupan adat, sebagai dasar apabila meninggalkan adat. Syara’ di perseorangan di agihkan. Dalam adat,jika seseorang yang meninggal,harta dapatan ditinggalkan, carian baduo dibagi duo, pambaok dibaok turun.
Hukum Syara’ berlaku pada harta seseorang, diberikan kepada yang pantas menurut syara’.

Adat Natal adalah adat yang berpayung-payung, adat yang datang masing-masing membawa paying. Sifat Adat , “ Patah tumbuh hilang berganti.

Irik-iriek tabang ka samak
Tibo di samak pasamayan
Dari niniek turun ka mamak
Dari mamak turun ka kamanakan.

Seorang anak sejak dikandung sampai lahir dan sampai besar tetap tinggal pada ibu. Bagi kebapaan didasarkan kepada si ibu dan anaknya tergantung hidupnya dari hasil yang di bawa bapak, karena besar tantangan hidup yang di hadapi oleh bapak. Tanggung njawab itu adalah sejak ia sebagai isteri yang belum punya anak sampai besar hingga berkeluarga. Apa yang dimiliki si ibu diwarisi si anak, apa yang dimiliki anak, itulah yang di miliki si ibu.
Jadi, ninik lepunyaan ibu, mamak kepunyaan ibu, kemenakan kepunyaan ibu maka segala sesuatu yang btimbul dalam kehidupan di kembalikan kepada ibu, orang sejenis yang mempunyai ninik,mamak, kemenakan.

Jadi dalam agama pun bahwa binaan ummat itu adalah ibu, karena Hadist Nabi dikisahkan “ Sabahat bertanya kepada rasul siapa orang yang dikasi ibumu, ibumu, baru ayah mu. Cara menghormat orang tua nilainya serupa, tetapi lebih tinggi pada ibu,makanya “ Sorga di bawah telapak kaki ibu “. Didalam segala hal menurut adat orang tua itu didahulukan.

Datuk pemegang adat melaksanakannya menurut kehendaknya, bukan kehendak masyarakat, sehingga setiap berganti datuk, berganti cerita. Konsekwen yang berakhir terhadap harta pusaka, masalah maka jatuh kepada pihak perempuan, maka seluruh harta jatuh pada perempuan. Kalau dia mempunyai harta sejak bujang, meninggal sebelum berkeluarga, maka hartanya itu pulang kepada ibunya, meninggal ibu, harta tersebut jatuh pasa saudara perempuan . Berarti di dalam sumando ini perempuan yang punya, karena anak muda itu tadi adalah milik ibunya, bukan milik anaknya, kalau berkeluarga baru berlaku istilah ninik, mamak, kemanakan.

Putui tali putuih kaliki
Putui kaliki tali iduong

Terjadi perceraian, terjadi bagi dua harta pencaharian.

Contoh : Harta pencarian waktu muda, kawin dan beranak, pindah tempat, rumah dihuni kemenakan. Mati anak bini pulang kembali kerumah, tak dikasih kemenakan, walaupun hanya itulah harta peninggalan si suami, sudah itu Hukum Syara’ dan kemanusiaan berlaku atas ke izinan Ketua Adat diberikan izin pakai selama kemenakan tidak menuntut kembali. Kalau kemenakan menjualnya tidak kepada harta tinggi tidak cocok lagi. Harta tinggi boleh dijual dan gunanya hanya dapat untuk :

Rumah gadang katirisan
Maik tabujuoh tangah rumah
Gadih tuo indak balaki
Kaum family di hinokan
Kain basah di raokkan.

Adat Sumando bukan saja terdapat di Pesisir barat Pantai sumatera, tetapi juga di tanah asal nenek moyang bangsa Indonesia di Mongol.

Adat fakum pada zaman Jepang.

Pernah Kepala Kuria Batahan di hukum di Natal karena melanggar hokum di Natal, dan Menteri Kesehatan juga pernah kena hokum kaum adat. Kepala Kuria Batahan adalah si Mako.
Masalah pemngaruh Hindu dalam tradisi adat kenapa bias dapat kita menerimanya, sedangkan itu semuanya syirik menurut adat. Jadi diperlukan di dalam adat suatu Kerapatan Ninik mamak.

Anak di pangku, kamanakan di bimbing, tidak perduli anak laki-laki atau perempuan. Jadi si anak kembali kepada ibunya dibawak pulang. Di dalam Sumando ada 5 fungsi yaitu :

Cadiek ka pakato
Kayo tampek kadisalang tenggang
Binguong ka di suruoh
Kuat ka pa baban
Bagak ka Palawan musuoh.

Jadi kalau ada yang cerdik di dalam sumando, maka dia sebagai juru bicara ( Ayam jantan Gadang 0, Kayo dari sumando tempat meminjam kekarajoan atau ka alek. Bagi orang yang salang tenggang tinggal yang akan baralek, banyak saketeknyo ado di ambo, kok bakau ka di bantei, kok bareh nan tidak adi di katokan kapado si kayo.

Kalou suaro mintak ka anggang
Kalou gogo mintak ka gajah
Ba ubuong nandak panjang
Bakampuong nandak laweh

Maksudnya ; Seluruh kaum family antara sumando manyumando, secara timbale balik, menganggap sebagai sumando sendiri dan selalu mengadakan hubungan yang baik.

Masuk ke dalam sumando ;
Di sauok ayienyo dipatah rantiengnyo, Apo sajo kajadian dalam sumandi itu awak harus sato. Apobilo manyuruok dibawah rumahnyo di kuruong ayamnyo.

Kok pandei ba kain panjang
Labieh ba kain saruong juo,
Kok pandei ba induok samang
Labieh bak sanak sudaro

Kalau pandei mambaokkannyo.

Sebagai fungsi-fungsi sumando :

Kalau merantau ;
Iyu bali balanak bail
Parang-parang bali daulu.
Ibu cari dosanak cari
Induok samang cari daolu

Tabang manumpukan dahan
Tagak mancakam dahan
Kewajiban urang sumando ;

Tibo ba rajo tampek sumandonya itu ma ambiek karajo.

Demikian juga secara timbal balik
Satiok karajo di bidang padusi yang mengambil karajo sumando berbalas karajo ka sumando. Kalau awak sumando harus melaksanakan salah satu dari fungsi sumando yang lima yang punya alek hanya mengatur karajo. Dalam hal ini secara timbale balik antara urang yang sumando dengan orang tempat sumando.

Sutan Muhammad Natal pernah hendak di bunuh oleh si Pamaga, tetapi dapat di tangkap sewaktu hendak membunuh. Maka tersangkut Patuan mandailing di bawa ke Natal untuk di periksa dan diteruskan mke Padang atau Air bangis. Sesudah perstiwa itu Multatuli ke Natal.

Selama pemerintahan Multatuli dan sebelumnya Taluk balai sebagai kota pelabuhan yang masih ada bekas bangunannya, yaitu Pasangrahan. Menurut sejarah bahwa lebih berani wanita Taluk Balai dari pada wanita natal.

Pantun ;

Taluok Balei Sunduiktan Tigo
Kawalan rimbo sikaduduok,
Mangko lalaei dagang di siko
Takilek ikan dalam lubuok

Kaitannya maka tidak jadi si Upiek Nata kawin dengan Multatuli adalah karena Multatuli tidak mau Sumando dengan orang Natal. Kemudian anak lampirannya ada di negeri Belanda dan pula dia beragama Kristen dan dengan persoalan ini timbullah pantun sbb.:

Ilie Nata mudiek Batahan
Hanyuiklah bamban jo ureknya.
Paruik lapa bulie di tahan
Hati dandam apo ubeknyo.

Penolakan Datuk Taluk Balai dengan alas an family dakek balun dating lagi si Upiek Ketek lai.
Ujuanong Rakat Barambang Guntuong
Haluan biduok nandak ka Nata,
Sakik bana nan tidak untuong,
Buah masak kumbali mangka

Ditulis kembali oleh :
Shaff Ra Alisyahbana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar